Oleh: Nyoman Marpa
Wabah Covid-19 telah menusuk dunia usaha sampai pada titik terendah. Social distancing, physical distancing atau apapun namanya, membuat ruang gerak bisnis terkekang tak berdaya. Industri jasa perjalanan, perbelanjaan, perhotelan, hiburan, makanan, sampai pada pabrikasi, tidak ada yang tidak terdampak.
Tidak ada yang bisa mengukur secara pasti dampak wabah ini pada perekonomian, khususnya dampak pada dunia usaha. Berapa lama dan bagaimana efek penghancurannya, semua masih menerka-nerka. Ada yang memperkirakan kalau pandemi ini bisa berakahir bulan Juni, maka pemulihan industri bisa sampai tahun 2021, atau bahkan 2022. Tidak ada yang memastikan, tergantung tingkat kerusakan dan stimulus-stimulus pemulihannya.
Badai ini harus secara cerdik dan bijak disikapi oleh dunia bisnis, tidak hanya itu, diperlukan stamina, kesabaran, kejelian dan visi yang kuat untuk bertahan, keluar, dan akhirnya kembali ke permainan dengan baik.
Untuk itu perlu strategi yang matang dan disiplin yang ketat. Saya menamakan strategi bertahan dan bergerak, karena saya melihat kita dapat melakukan aksi bertahan sekaligus memperkuat daya saing pada saat yang sama.
Dalam strategi bertahan dan bergerak ini, ada 7 langkah yang dilakukan baik secara simultan maupun bertahap. Tujuh langkah tersebut antara lain:
Langkah 1: Hemat Energi
Dalam bisnis, cash flow adalah urat nadi, dan sumber daya keuangan adalah energi. Kita tidak tahu berapa berat dan berapa lama krisis ini akan berlangsung, kehabisan energi berarti mati. Oleh karenanya kepemilikan dan pengelolaan sumber dana menjadi faktor paling vital dalam situasi krisis ini. Beberapa hal perlu dilakukan dengan disiplin, yakni:
- Jaga dengan ketat cash flow dengan percepatan penagihan dan penundaan/pengurangan/penghentian pengeluaran yang tidak perlu atau masih bisa ditunda.
- Seleksi order-order dengan prioritas yang memiliki kepastian dan kecepatan pembayaran.
- Karena ini sudah menjadi force majueure secara nasional, maka pengeluaran-pengeluaran yang bersifat iuran dan cicilan serta beban-beban yang tidak berhubungan langsung dengan operasional dimintakan keringanan atau penudaan, atau bahkan penghapusan. Pengeluaran untuk hal-hal ini diminimalkan.
- Unit-unit usaha, aset, maupun inventori yang tidak beroperasi optimal dan tidak memiliki nilai strategis untuk dijalankan, sementara ditutup.
Langkah 2: Lihat Peluang Baru (New Opportunity)
Setiap krisis membawa perubahan, baik perubahan dalam model bisnis maupun perilaku konsumen, oleh karenanya akan memunculkan peluang-peluang baru. Sangat memungkinkan peluang tersebut in line dengan core business perusahaan. Maksimalkan mengeksplore alternatif peluang, baik untuk memperpanjang operasional, maupun untuk menjadi core competence baru.
Pada kondisi ini, business intelligence harus aktif memonitor perkembangan dan pergerakan situasi lingkungan bisnis. Aktif memantau dinamikan munculnya produk, pasar dan pesaing-pesaing baru, yang terlahir karena badai krisis.
Langkah 3: Konsolidasi
Hal wajib berikutnya yang harus dilakukan dunia bisnis dalam masa krisis adalah konsolidasi. Konsolidasi pada pada semua fungsi-fungsi. Melakukan stretching capacity, perapihan sistem, development sumber daya. Termasuk diantaranya bila perlu melepas aset yang tidak produktif untuk ditukar dengan aset strategis/produktif atau dengan cash untuk memperpanjang nafas.
Langkah 4: Membangun New Strategic Formulation
Krisis ini akan men-disrupt ekosistem dan model bisnis. Merubah pemain atau gaya permaian. Peta persaingan bisa berubah, bahkan mungkin bergeser. Oleh karenanya, membangun peta strategi baru menjadi penting dalam menyiapkan diri pada saat kondisi kembali normal. Beberapa yang harus dilakukan:
- Review strategi yang ada dan in line kan dengan perubahan posisi persaingan bisnis yang akan terjadi.
- Analisa dan sesuaikan aktivitas bisnis dengan perubahan lingkungan bisnis akibat badai krisis.
- Buat formulasi strategi baru, baik strategi jangka pendek untuk melewati krisis, maupun jangka panjang untuk antispasi perubahan persaingan setelah kondisi kembali normal.
Langkah 5: Satukan Visi dan Koordinasi
Badai krisis selalu terasa berat dan penuh dengan ketidak pastian akan masa depan. Tidak jarang memunculkan keputusasaan. Keputusasaan sangat berbahaya, karena dapat menghentikan perjalanan, dan penghentian perjalanan berarti kematian bagi bisnis.
Saat seperti ini perlu kepemimpinan yang kuat yang mampu menyatukan visi dan keyakinan bahwa bisnis akan mampu mencapai akhir dan melewati krisis dengan selamat. Dalam hal ini, sangat penting untuk:
- Semua jajaran dan organisasi memiliki satu visi dan satu komando.
- Koordinasi semua fungsi diperketat, karena kiris akan memperlemah beberapa fungsi, maka fungsi lain wajib mendukung.
- Semua lini harus yakin bahwa organisasi akan melewati krisis dengan baik, dan apapun upaya dan kebijakan yang diambil pimpinan hanyalah untuk mencapai visi bersama, “selamat dari kondisi krisis”.
Langkah 6: Bertahan dan Terus Berjalan
Akhirnya yang “Bertahan dan tetap berjalan dengan semua keyakinan” yang selamat. Tidak mudah memang, perlu stamina dan kekompakan, tapi dengan team dan pimpinan yang kuat, tidak terlalu sulit untuk itu.
Langkah 7: Menjadi “Compassionate Organisation”
Dalam badai krisis seperti saat ini, persoalan bisa menimpa siapa saja dalam organisasi, baik itu tertimpa karena kesehatan, maupun sosial ekonomi. Oleh karenanya, membangun compassionate organization, dengan menciptakan budaya saling berempati dan perhatian, tolong menolong dengan rekan-rekan baik dalam urusan pekerjaan, maupun pribadi (jika diperlukan), akan menjadi pelumas, pendingin dan sekaligus booster mesin organisasi dalam perjalanan melewati masa-masa yang berat. Sekaligus akan membuat perjalanan berat ini menjadi lebih ringan.
Demikian, tujuh langkah dunia usaha untuk melewati masa-masa kritis akibat dampak covid-19, agar perjalanan bisnis dapat dilalui dengan baik, dan selamat. Sekaligus menyiapkan diri untuk menjadi pemenang pada saat kondisi kembali normal.