Hari ini, Sabtu 28 Agustus 2021 umat Hindu Nusantara memperingati Hari Raya Saraswati. Hari “turunnya” ilmu pengetahuan. Perayaan untuk para pencari ilmu, siswa dan civitas academica yang dirayakan setiap 210 hari, tepatnya pada saniscara umanis wuku watugunung.
Saraswati adalah “Shakti” Brahma (manifestasi Tuhan YME sebagai pencipta alam semesta). Hari Raya Saraswati memiliki filsafat yang sangat mendalam, bahwa penciptaan alam semesta disertai juga dengan diturunkannya ilmu pengetahuan.
Dewi Saraswati disimbolkan berlengan empat yang masing-masing membawa genitri (tasbih), lontar, alat musik Wina dan bunga teratai. Semua perwujudan ini masing-masing memiliki makna simbolis. Tasbih melambangkan ilmu pengetahuan itu tidak ada habis-habisnya, kekal abadi. Lontar adalah simbol wadah untuk mencari ilmu pengetahuan. Alat musik mengisyaratkan ilmu pengetahuan terkait erat dengan keindahan dan rasa seni yang tinggi. Sedangkan bunga teratai merupakan simbol ilmu pengetahuan itu adalah suci dan murni. Burung merak dan angsa yang berada didekat Dewi Saraswati masing-masing menyimbolkan bahwa ilmu pengetahuan itu membawa kewibawaan dan kebijaksanaan bagi para pencarinya.
Manusia perlu memiliki pengetahuan untuk paham bagaimana berinteraksi dengan alam semesta. Jika seseorang tidak memiliki pengetahuan, maka dia akan berada dalam kondisi kegelapan yang bisa berakibat kebingungan dan ketidaktahuan dalam menjalankan hidup dan memelihara keseimbangan semesta. Pengetahuan akan mentransformasi seseorang dari awidya (ketidaktahuan) menjadi widya (berpengetahuan/bijaksana).
Masa sebelum pandemi Covid-19, sejak pagi-pagi sekali, siswa dan masyarakat secara umum biasanya sudah bergegas ke sekolah atau tempat lain yang mereka yakini telah berjasa menganugrahkan ilmu pengetahuan. Bahkan tidak jarang yang mengunjungi lokasi sekolah TK atau SD mereka pada Hari Suci Saraswati karena keyakinan bahwa sekolah itulah yang pertama kali memberikan pengetahuan atau pencerahan. Selain sekolah formal, masyarakat juga biasa bersembahyang ke pesraman atau rumah tokoh tertentu sebagai wujud rasa terimakasih karena pernah mendapatkan ilmu, kebijaksanaan, kesembuhan atau kewarasan dari tempat tersebut.
Di rumah masing-masing keluarga, semua buku dan lontar dikumpulkan dalam satu tempat untuk diupacarai dengan banten khusus Saraswati. Juga, ada nasihat yang terpelihara bahwa khusus pada Hari Raya Saraswati, baiknya kita “puasa” membaca. Filsafat dibalik ini, setelah berbulan-bulan kita membaca buku/lontar, pada Hari Raya Saraswati inilah kita merenungkan dan merefleksikan apa yang sudah kita pelajari selama ini, apa yang sudah baik dilakukan dan apa yang perlu untuk dibenahi. Pada malam harinya, setelah seharian diisi dengan acara persembahyangan dan upacara untuk buku, lontar dan sumber pengetahuan lainnya, biasanya dilakukan acara malam sastra atau dharma wacana tentang kemuliaan Hari Saraswati.
Saya sendiri merasa berterimakasih dan bersyukur karena beberapa kali dipercaya untuk mengisi acara malam sastra Hari Raya Saraswati, termasuk di Pura Aditya Jaya Rawamangun, yang merupakan pusat perayaan Hari Raya Saraswati untuk umat Hindu Jakarta dan sekitarnya.
Semoga di Hari Raya/Hari Suci Saraswati ini, kita semua, para pencari ilmu, para siswa, sivitas academica, dikaruniai pengetahuan, kecerdasan dan kebijaksanaan untuk mampu berkontribusi lebih bagi peradaban dunia. Om, Saraswati namostu bhyam, Varade kama rupini Siddhir astu karaksami Siddhir bhawantu sadam. Oh Tuhan YME dalam wujud-MU sebagai penganugrah Ilmu pengetahuan, Dewi Saraswati yang mulia dan maha indah, Kami memohon pengetahuan dan kebijaksanaan untuk kesempurnaan hidup kami. Selamat Hari Raya Saraswati!