Ilustrasi Industri Dunia. Sumber: www.duniadosen.com

Menakar Arah Masa Depan Industri Dunia

Oleh: Nyoman Marpa

Nyoman Marpa, Wakil Ketua Umum II Riset dan Kajian
Nyoman Marpa, Wakil Ketua Umum II Riset dan Kajian

Selama liburan Idul Fitri ini saya mencoba berselancar mengamati dan mempelajari mega trend dan arah industri-industri masa dapan dunia. Kemana negara-negara bergerak, dan bagaiman industri digital ini akan menata ulang perilaku kehidupan dan membuat keseimbangan baru. Rasanya saya perlu untuk berbagai, sekedar untuk menambahkan gambaran kita mengenai phenomena yang sedang bergerak belakangan ini.

Kemajuan teknologi informasi dengan internet of things nya yang telah merombak semua tatanan peradaban manusia, membuat banyak perubahan dalam perilaku berekonomi bangsa-bangsa di seluruh dunia. Beberapa negara mendapat keuntungan besar dari perubahan ini, beberapa negara belum mampu memanfaatkan dengan optimal.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memprediksi kemana arah industri masa depan dimasa disruption ini, antara pertama adalah pemahaman akan globalisasi. Perjalanan globalisasi telah membawa sisi kelam bagi beberapa negara dan sisi cerah bagi sebagian negara lainya. Amerika Serikat dan Eropa sebagai negara dengan tingkat upah yang tinggi, memiliki pengalaman yang tidak baik atas dampak globalisasi pada sebagaian besar penduduknya, merasa nyaman dan kemudian tidak sadar bahwa bangsa lain telah maju signifikan. Penduduk negara China dan India dengan caranya masing-masing adalah yang paling sukses dalam memanfaatkan arus globalisasi, ratusan juta penduduknya terlepas dari kemiskinan, disamping itu penguasaan teknologi masa depannya sangat dominan.

Kedua adalah pemahaman mengenai dunia robot seperti halnya geo-politik dari dunia robotik, bagaimana memanusiakan robot dan mengenal bagaimana kerja robot sebagai asisten manusia, terciptanya manusia mesin, serta bagaimana robot akan menggantikan beberapa pekerjaan yang saat ini dikerjakan oleh manusia. Mulai dari pekerjaan penterjemah, guru, penasihat hukum, perawat, tukang taman, pengemudi, dan lainnya akan dapat dikerjakan oleh robot. Secara geo-robotik, saat ini industri robot 70% lebih dikuasai oleh Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Korea Selatan dan Jerman. Penguasaan industri robotik akan menjadi signifikan dalam persaingan penguasaan ekonomi dunia.

Ketiga adalah bagaimana masa depan manusia mesin itu sendiri, seperti telah disebutkan, robot telah dapat menggantikan banyak pekerjaan manusia, mulai dari pekerjaan yang berbahaya dan beresiko tinggi jika dilakukan oleh manusia, pekerjaan yang memerlukan ketelitian dan data yang besar, sampai pekerjaan-pekerjaan pelayanan seperti halnya perawat dan lain-lain. Dunia kesehatan misalnya, akan direvolusi oleh robot, tidak hanya pada program pelayanan tetapi juga pada program-program pengobatan, dengan ditemukannya stem sell dan proses-proses pengobatan berdasar pada rekayasa genetika yang sering dikenal dengan “genomic”. Kecapatan robot dan keakuratannya juga akan menggantikan banyak hal. Dunia pertanian akan menggabungkan agriculture dan big data yang diolah oleh robot, yang memprediksi secara akurat cuaca, hama, jenis tanah, kecocokan tanaman dan lainnya. Industri kurir akan digantikan oleh smart drone, mobil tanpa pengemudi, mesin penerjemah dengan original voice yang real time membuat bahasa tidak lagi menjadi masalah komunikasi. Demikianlah robot yang dilengkapi dengan artificial super-intelligence akan merubah cara hidup kita.

Keempat, munculnya dunia kodifikasi dalam tatanan kehidupan dan ekonomi masyarakat di dunia. Big data dengan pengolahan algoritma yang cepat telah memunculkan adanya e-money, e-market, e-wallet yang telah dierima dan akan semakin diterima oleh masyarakat ekonomi dunia. Big data yang akan memiliki kapasitas semakin besar dengan proses yang semakin cepat dan akurat sudah memunculkan phenomena seperti bloc chain, bit coin dan sharing economy yang semakin akan menjadi tonggak masa depan ekonomi dunia. Perkembangan ini akan membuat ekonomi semakin digital.
Kelima adalah adanya munculnya perang kode, atau cyber war. Perang yang paling ditakuti mulai dari saat ini adalah perang didunia maya atau dikenal dengan cyber war. Orientasi militer akan berubah, serangan-serangan cyber dan pertahannannya akan menjadi focus negara-negara di dunai dalam setiap kebijakan militernya. Serangan cyber bisa ditujuakan kepada individu, korporasi maupun negara yang dampaknya bisa sangat masif. Perang cyber dapat melumpuhkan tatanan kehidupan masyarakat atau penguasaan kehidupan dan pasar oleh pihak-pihak tertentu. Ruang cyber sudah menjadi semesta raya yang didalamnya berisikan berbagai kepentingan dari para stakeholder-nya. Penguasaan data, dan ruang cyber dari satu negara oleh negara lain telah menjadi focus negara-negara berteknologi tinggi. Seperti ungkapan, “dalam jangka panjang serangan cyber akan lebih berbahaya dibandingkan dengan serangan terotisme” Mungkinkan ini akan memunculkan terorisme cyber dimasa yang akan datang?

Keenam adanya data yang menjadi bahan baku industri. Seperti halnya dalam dunia manufactur dan jasa, ekonomi cyber dengan internet of things nya, juga memerlukan bahan baku untuk diolah menjadi produk yang diluncurkan di pasar. Bahan baku tersebut adalah “data”. Manusia di seluruh dunia telah memberikan andil berkembangnya big data secara masif melalui: computer, telepon pintar, remote control digital, jam tangan pintar, dan bentuk-bentuk digital lainnya. Perilaku meng-upload segala hal kedalam ruang cyber, berselancar didalam market place, aktif dalam media social, penggunaan barang-barang berteknologi komunikasi tinggi termasuk diantaranya jam pintar (smart-watch), telah menjadi bahan baku bagi pelaku cyber untuk diolah menjadi data dengan tujuan-tujuan tertentu, termasuk diantaranya tujuan ekonomi. Fin-tech dan bisnis-bisnis milenial lain yang muncul belakangan ini adalah contoh bisnis yang menggunakan bahan baku data. Terbentuknya big data dengan kemampuan robot untuk mengolahnya dengan algoritma yang semakin canggih dan cepat, membuat data semakin memiliki nilai ekonomi dalam industri. Kemampuan menyimpan dan mengolah oleh robot membuat data menjadi besar dan personal, mencakup seluruh gambaran besarnya dan juga sampai ke detail induvidu.

Ketujuh, adalah mengenal geografi dan demografi pasar masa depan. Walaupun ekonomi robot dan penggunaan kemajuan teknologi informasi telah sampai pada sendi kehidupan masyarakat seluruh dunia, bahkan sampai pelosok afrika. Namun keunggulan kompetitive setiap bangsa masih menjadi acuan kemana industri itu bergerak. Pusat-pusat ekonomi digital misalnya, memang telah muncul di hampir seluruh penjuru dunia yang ditunjang oleh jangkauan internet yang semakin meluas, namun acuan bisnis ini tetap pada silicon valley. Itu karenana keunggulan tempat ini yang dengan infrastruktur penunjang terbaiknya. Secara demografi, ekonomi digital dikendarai oleh penduduk dengan usia belia, sebagian besar pelaku industri ini, baik pemiliknya, maupun pemodal ventura nya adalah penduduk dengan usia 20 sampai 30 tahunan. Keberanian satu komunitas atau negara atau penduduknya untuk mendorong ekonomi kearah usia ini akan menjadi penentu masa depannya. Wanita juga memegang peran penting dalam tatanan ekonomi berikutnya, dunia selama ini hanya memikirkan ekonomi untuk setengah penduduknya, yakni “pria”, melupakan kekuatan wanita sebagai pendorong ekonomi. Keberhasilan China dan kegagalan ekonomi Jepang akhir-akhir ini tidak terlepas dari bagaiamana perlakukan “kesetaraan gender” pada kedua negara tersebut. Istilah yang muncul, “dimana kesetaraan gender diterapkan, disitu kemajuan ekonomi dan demokrasi akan tumbuh”.

Dari tren dan arah ekonomi tersebut, kelihatannya kita perlu berpikir ulang mengenai landscape gerakan ekonomi masa depan kita. Apabila tidak, maka lost generation episode kedua tidak akan dapat dielakkan.

Jakarta, 5 Mei 2019