Ilustrasi Sembahyang Umat Hindu

Mengapa Kita Perlu Sembahyang?

Ketut Budiasa - Sekretaris Jenderal ICHI
Ketut Budiasa – Sekretaris Jenderal ICHI

Tuhan pastinya bukan super market tempat kita mengajukan list belanja. Juga bukan pegadaian dimana masalah diselesaikan tanpa masalah. Dalam Weda Tuhan bersabda, bahwa Ia tidak ikut campur urusan karma dan hasil karma (karma phala) setiap mahluk. Bahwa karma adalah kinerja dari prakirti (sifat alami materi) dan karma phala adalah kinerja dari hukum semesta (rta). Tuhan adalah penyebab awal (causa prima) dari prakirti dan pemelihara hukum semesta itu.

Lalu untuk apa kita berdoa?
Menurut keyakinan saya, kita perlu berdoa untuk men-setting frekuensi kita agar ada di frekuensi positif. Alam semesta dipenuhi oleh berbagai frekuensi, dari alfa sampai omega, dari energi negatif sampai energi positif, dari kekuatan berkesadaran rendah sampai kekuatan berkesadaran tinggi. Seperti radio, kita hanya menerima siaran bila radio menyala dan di setting di frekuensi tertentu. Sembahyang adalah proses “menyalakan radio dan men-setting frekuensi di gelombang positif”. Agar kita menerima sinyal positif semesta, dan dari itu kemudian berfikir, berkata dan bertindak positif. Maka dengan itu rta semesta (hukum alam) akan memastikan kita menghasilkan hal positif. Mungkin saja hasil positif itu belum kita terima saat ini. Bisa jadi karena kita sedang bayar hutang karma di masa lalu, atau sedang menabung. Yang jelas, tak ada rumus melakukan hal baik tapi hasilnya tidak baik. Hukum semesta dibuat oleh programmer agung, tanpa bug. Bahwa kadang-kadang ada “intervensi” lain dari Hyang Maha Agung berupa “anugerah”, itu adalah bonus. Tidak ada yang tahu rumusnya, tapi kadang memang terjadi. Terasa masuk akal, bila anugerah itu hanya hadir pada mereka yang siap. Bisa jadi, berdoa juga adalah salah satu proses “menyiapkan diri”. Sebuah pesawat jumbo hanya mendarat di landasan yang siap menerimanya, bukan?

Bagaimana bila berbuat baik saja, tidak perlu berdoa?
Tentu boleh. Dalam Hindu ini disebut karma marga (jalan kerja). Tapi selama kita masih manusia, masih memiliki ego, masih sering salah, kadang bingung dan frustasi, kita membutuhkan “penguat” yang lain untuk menjaga kebaikan kita agar lebih stabil dan berkualitas. Salah satunya ya dengan berdoa (jalan bhakti — bhakti marga), men-setting frekuensi agar senantiasa menerima gelombang kebaikan. Kita juga membutuhkan jalan pengetahuan (jnana marga), agar semakin menyadari sang diri dan memisahkannya dari berbagai attachment (ego, marah, iri, ketergantungan pada hasil perbuatan, dll).

Terakhir, akan lebih sempurna bila usaha kita digenapi dengan raja yoga marga (disiplin spiritual, meditasi menuju samadhi). Masuk ke dalam diri, merasakan getar-getar Dia yang menjadi inti dari setiap yang ada, dan mencapai keseimbangan. “Keseimbangan adalah Yoga”, sabdaNya dalam Gita.

Jadi, sudahkah kita berdoa hari ini?

Sumber: https://www.facebook.com/budi.sepang