Pancasila dan Agama Hindu

PANCASILA DAN AGAMA HINDU

Om Suastiastu,

I Nyoman Widia, M.H., Ak,. C.A., C.P.A., C.H., C.Ht. Ketua Umum ICHI
I Nyoman Widia, M.H., Ak,. C.A., C.P.A., C.H., C.Ht.
Ketua Umum ICHI

Di samping sebagai sumber dari segala sumber hukum, Pancasila juga merupakan falsafah bangsa. Sebagai falsafah bangsa, Pancasila merupakan pedoman dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara.

Umat Hindu sebagai bagian integral dari bangsa Indonesia hendaknya juga menggunakan Pancasila sebagai falsafah kehidupan di samping ajaran Hindu yang terdapat dalam Pustaka Suci Weda. Keduanya hadir untuk saling melengkapi dan bahkan mempunyai korelasi yang sangat erat.

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengajarkan kepada kita untuk meyakini keberadaan Tuhan sesuai ajaran agama masing-masing. Tuhan sesungguhnya Esa, tetapi masing-masing agama mempunyai cara tersendiri untuk mendeskripsikan keberadaan-Nya, berikut metode untuk menjalin komunikasinya. Ketidaksamaan cara untuk meyakini bukanlah alasan untuk tidak saling menghormati, apalagi memusuhi.

Dalam ajaran Hindu kita meyakini keberadaan Tuhan tidak saja di alam semesta (bhuana agung), tetapi juga di dalam diri (bhuana alit). Dengan meyakini ada Tuhan di dalam diri, secara tidak langsung kita juga meyakini ada Tuhan di dalam diri orang lain. Oleh karena itu, tingkat keyakinan seseorang terhadap Sang Pencipta tidak semata-mata dilihat dari ritual yang dilakukan, tetapi juga dari bagaimana orang itu memperlakukan ciptaan-Nya, khususnya manusia lain selain dirinya.

Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab menuntun kita untuk memperlakukan manusia lainnya secara baik-baik (beradab), bahkan sama baiknya dengan perlakuan kita terhadap diri sendiri (adil). Memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan merupakan implementasi ajaran Tat Twam Asi dan sekaligus sila kedua dari Pancasila.

Manusia adalah makhluk sosial, sehingga ada ketergantungan antara satu manusia dengan manusia lainnya. Sila Persatuan Indonesia mengajak kita untuk menyatukan kekuatan yang ada dalam diri masing-masing dengan yang ada dalam diri orang lain. Kolaborasi dua orang atau lebih tentu jauh lebih besar kontribusinya bagi kehidupan daripada hanya dilakukan sendiri.

Ibarat lidi, kebermanfaatnya untuk membersihkan halaman jauh lebih besar jika disatukan dari beberapa lidi daripada hanya sebatang lidi. Demikian juga untuk dapat berperan lebih besar dalam kehidupan, kolaborasi (persatuan) merupakan pilihan yang paling tepat.

Sila keempat mengajarkan kita untuk mengedepankan musyawarah (dialog) yang kata kuncinya adalah komunikasi. Menjalin komunikasi yang baik (musyawarah) adalah kunci sukses dalam berkolaborasi. Sebaliknya, tanpa komunikasi dapat memunculkan “hakim-hakim” yang “sok tahu” dalam pikiran. Hakim-hakim ini siap melontarkan penghakiman (judgement) kepada siapa saja sepanjang kita belum berkomunikasi/dialog dengan orang itu. Sekali penghakiman terlontar, penghakiman-penghakiman yang lain akan bermunculan dan susah untuk dihilangkan tanpa komunikasi/klarifikasi dengan pihak yang dihakimi. Daripada menghakimi yang belum tentu benar lebih baik jalin komunikasi.

Kerjasama (persatuan) yang apik yang didasari semangat musyawarah (komunikasi/dialog) dapat menghasilkan output yang optimal dan tentu akan dapat mewujudkan kesejahteraan sosial yang berkeadilan (sila V). Maksudnya, dalam kerjasama kita lebih mengedepankan kebermanfaatan bersama dalam artian tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tetapi juga bermanfaat bagi orang lain. Bahkan, agar kerjasama berlangsung langgeng, kita fokus dan memprioritaskan kebermanfaatan untuk orang lain terlebih dahulu. Munculkan pertanyaan: “apa yang bisa saya kontribusikan agar kerjasama ini langgeng?” daripada “apa manfaat yang saya peroleh dari kerjasama ini?”

Sungguh luar biasa nilai-nilai Pancasila dan ajaran Hindu dan sama sekali tidak ada pertentangannya, malahan bisa secara bersama-sama diimplementasikan agar kehidupan kita hari demi hari semokin baik dan semakin banyak bisa membero nilai tambah untuk kehidupan ini.

Salam sehat dan bahagia,

I Nyoman Widia
Ketum ICHI