oleh: I Nyoman Widia
Om Suastiastu,
Pada persembahyangan Hari Raya Galungan tadi pagi di Pura Agung Widhya Mandala LA saya mendapat tugas dari PHDI Jakarta Selatan untuk membawakan Dharma Wacana dengan tema “Strategi Memenangkan Dharma”.
Selama ini paradigma yang berkembang di sebagian kalangan umat Hindu adalah bahwa musuh terbesar manusia ada dalam dirinya. Musuh-musuh yang jumlahnya enam dan disebut Sad Ripu ini harus diperangi dan dikalahkan agar tidak mengganggu manusia dalam menjalani kehidupannya. Keenam musuh itu terdiri dari kemarahan (krodha), hawa nafsu (kama), kebingungan (moha), iri hati (matsarya), mabuk (mada), dan serakah/ketamakan (lobha).
Jika kita terus berupaya memerangi untuk mengalahkan, maka kalau kita berhasil menang, musuh-musuh tersebut berpotensi untuk melakukan serangan balik berupaya mengalahkan kita. Dengan demikian, dalam diri akan terjadi peperangan secara terus menerus tiada henti.
Saya mengajak umat sedharma untuk berhenti menganggap ada musuh dalam diri. Sepanjang kita menganggap ada musuh dalam diri, maka musuh akan selalu bercokol dalam diri. Sebaliknya, jalinlah relasi yang harmonis dengan diri sendiri. Sepanjang relasi dengan diri sendiri harmonis, maka tidak ada musuh yang muncul dalam diri.
Untuk menjalin relasi yang harmonis dengan diri sendiri, silakan menerapkan ajaran Catur Paramitha terhadap diri sendiri.
Pertama, bersahabatlah dengan diri sendiri (maitri). Jalinlah persahabatan dengan diri sendiri karena persahabatan mampu menghentikan permusuhan.
Kedua, cintailah diri sendiri (karuna). Rasa cinta kasih pada diri mampu menghilangkan energi-energi negatif, termasuk enam musuh (sad ripu) tersebut. Sering-seringlah mengucapkan rasa cinta pada diri, sehingga terjadi relasi yang semakin harmonis.
Ketiga, hormati dan hargailah diri sendiri (upeksa). Semakin tinggi keberhargaan diri, rasa percaya diri makin besar. Kita marah adalah karena merasa kehormatan diri ada yang mengusik. Kalau kita bisa menjaga keberhargaan diri, rasa marah tidak akan muncul. Demikian juga musuh-musuh yang lain.
Keempat, teruslah berperilaku yang menyenangkan (mudita), terutama menyenangkan diri sendiri. Perilaku yang menyenangkan mampu menghentikan rasa permusuhan terhadap diri sendiri.
Apabila kita senantiasa menjalin relasi yang harmonis dengan cara menerapkan Catur Paramitha terhadap diri sendiri, kita tidak perlu lagi berperang dengan musuh-musuh dalam diri. Mengapa? Karena sesungguhnya musuh-musuh itu kita sendiri yang menciptakan. Jalinan relasi yang harmonis sanggup menghentikan permusuhan.
Selamat Hari Raya Galungan. Selamat memenangkan Dharma dengan cara menghentikan permusuhan dan menjalin relasi yang harmonis dengan diri sendiri.
Salam berkelimpahan bahagia.