Tahun Baru 2020

Catatan Akhir Tahun 2019

Oleh:
Dr. Tri Handoko Seto, S.Si., M. Sc
Ketua Umum ICHI

Tahun politik 2019 telah dilewati bersama oleh seluruh komponen bangsa dengan penuh dinamika. Kebesaran Indonesia telah membuktikan bahwa keberagaman tetap menjadi pilihan bersama. Meski tak bisa dipungkiri bahwa riak-riak intoleransi dengan kecenderungan radikalisme sempat sangat terasa mengkristal. Meskipun agenda politik terbesar telah selesai dan bahkan para kontestan telah bersatu, riak intoleransi tak turut sirna. Bahkan ini tetap menjadi salah satu tantangan terpenting ke depan.

Jika selama beberapa dekade sebelumnya persoalan intoleransi yang sering terjadi adalah persinggungan antar agama rumpun Abrahamik, maka beberapa tahun terakhir telah dan semakin banyak melibatkan agama Hindu. Kegiatan keagamaan Hindu yang dahulu lebih steril dari gangguan oknum maka akhir-akhir ini banyak dijumpai kejadian pelarangan bahkan pembubaran kegiatan keagamaan. Bahkan sangat disayangkan ketika oknum aparat negara juga ikut melarang.
Ada tiga sudut pandang terhadap penyebab terjadinya persoalan ini:

  1. Tingkat intoleransi yang sudah semakin parah. Hampir tidak bisa dibantah lagi bahwa sudut pandang ini memang benar adanya. Masyarakat sangat merasakan. Banyak ormas yang merilis hasil risetnya. Pemerintah juga mengakui dan berusaha melindapkan intoleransi.
  2. Hindu yang semakin diperhitungkan. Ini sudut pandang yang menggembirakan. Geliat Hindu makin terasa terjadi di seluruh penjuru negeri. Bisa jadi ini dianggap sebagai ancaman. Apalagi Bali sebagai barometer Hindu Indonesia juga semakin menajdi target intoleransi.
  3. Ritual abu-abu. Kita tahu bahwa Hindu Nusantara itu sangat variatif spektrumnya. Namun arus utamanya tetap Hindu Bali. Oleh karena itu ketika terdapat ritual keagamaan Hindu arus pinggir, masih banyak dilihat sebagai kegiatan non-keagamaan sehingga patut untuk dibubarkan atau dilarang.

Sangat mungkin ketiga sudut pandang itu semuanya benar. Sehingga yang terjadi adalah akumulasi dari ketiganya. Jika itu benar maka tantangan Hindu ke depan harus mampu menjawab semuanya.

  1. Kita harus mampu menjadi agen pelindap intoleransi.
  2. Kita harus terus meningkatkan peran positif agar semakin diperhitungkan. Wajar jika makin tinggi sebuah pohon makin kencang angin bertiup.
  3. Mewarnai Hindu dengan kegiatan yang lebih rasional, modern, dan berfilsafat adiluhung.

ICHI sebagaimana terdapat dalam AD/ART memiliki tujuan yang salah satunya adalah mempromosikan nilai-nilai Hindu dalam masyarakat Indonesia berdasarkan kaidah intelektual. Tugas untuk mewujudkan tujuan ini sangat sesuai dengan lingkungan strategis yang ada saat ini. Era revolusi industry 4.0 dalam kehidupan society 5.0 yang sangat disruptif menuntut segala sesuatunya dilakukan dengan lebih logis, rasional, berbasis data, dan berkaidah intelektual.
Bagawad Gita 10.24:
purodhasāḿ ca mukhyaḿ māḿ
viddhi pārtha bṛhaspatim
senānīnām ahaḿ skandaḥ
sarasām asmi sāgaraḥ

Wahai Arjuna, di antara semua pendeta, ketahuilah bahwa Aku adalah Brhaspati, pemimpinnya. Di antara para panglima Aku adalah Kartikeya, dan di antara sumber-sumber air Aku adalah lautan.
Ada 3 kata kunci dari sloka di atas yang harus kita perhatikan yaitu: keahlian, strategi, dan Dharma wisdom.

Selamat Tahun Baru 2020.
Mari terus berkarya agar Hindu semakin memiliki SDM Unggul untuk Indonesia Maju